Pengikut

Rabu, 11 November 2009

Lokasi Industri

LOKASI INDUSTRI

Dalam struktur perekonomian suatu Negara, sektor industri telah memegang peranan yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi nasional, yang tidak saja berpotensi memberikan kontribusi ekonomi yang besar melalui nilai tambah lapangan kerja dan juga devisa Negara. Dalam membangun industri perlu memperhatikan berbagai faktor dan harus memperhitungkan keuntugan dan kerugian dari berdirinya suatu industri. Adapun saat ini Negara Indonesia sebagai Negara berkembang sedang giat membangun un tuk menuju sebagai Negara industri dengan tujuan mampu memenuhi kebutuhan penduduknya secara mandiri.

A. Pengertian Industri

Industri adalah proses produksi yang mengolah bahan menjadi barang jadi sehingga menjadi barang yang bernilai bagi masyarakat. Namun perlu kita ketahui konsep tentang pengertian indsutri dari berbagai sudut.

Dalam arti sempit,

Industri adalah suatu kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan barang jadi menjadi barang dengan nilai tinggi penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri.

Dalam arti luas, (umum)

Industri adalah merupakan bentuk usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dalam rangka mencapai kesejahteraan.

Menurut UU Nomor 5 tahun 1984

pengertian industri diartikan sebagai kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah menjadi bahan baku atau setengah jadi, menjadi barang jadi yang bernilai lebih tinggi bagi penggunanya.

B. Beberapa istilah yang berkaitan dengan industri:

· kegiatan ekonomi

adalah aktivitas manusia yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan hidup yang bertujuan menghasilkan barang dan jasa.

· bahan mentah

adalah bahan yang diperoleh dari sumber daya alam yang akan dimanfaatkan dalam usaha industri.

· bahan baku

adalah bahan mentah yang sudah diolah tetapi belum menjadi barang jadi.

· barang setengah jadi

adalah bahan mentah atau bahan baku yang telah mengalami satu atau beberapa tahap proses industri dan dapat diolah lebih lanjut menjadi barang jadi.

· barang jadi

adalah hasil industri yang sudah siap pakai.

· kegiatan rancang bangun

adalah kegiatan industri yang berhubungan dengan perencanaan pendirian industri atau pabrik secara keseluruhan dan bagian-bagianya.

· perekayasaan industry

kegiatan industri yang berhubungan dengan perencanaan atau pembuatan mesin-mesin atau peralatan indsutri lainnya.

· Manufaktur

kegiatan mengolah bahan mentah menjadi barang setengah jadi dan barang jadi atau bisa juga diartikan sebagai keseluruhan kegiatan manufaktur yang bersifat produktif dan komersil.

C. Tujuan Pembanguan Industri di Indonesia

Adapun tujuan pembangunan sektor industri di Indonesia adalah sebagai berikut:

  1. Meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran bagi rakyat.
  2. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional
  3. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan penguasaan teknologi.
  4. Mengurangi angka pengangguran.
  5. Memanfaatkan potensi sumber daya alam sehingga terbentuk lapangan kerja dan kesempatan kerja.
  6. Meningkatkan penerimaan devisa Negara.

D. Klasifikasi Industri

Keanekaragaman industri di suatu Negara sangat bergantung pada beberapa faktor, yaitu pada sumber bahan baku, sumber daya manusia, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta tersedianya modal. Berikut ini klasifikasi industri yang terdapat di Indonesia:

1. Berdasarkan bahan baku

a. Industri ekstraktif, adalah industri yang mengambil bahan baku langsung dari alam. Seperti pertambangan, pertanian, perikanan, perkebunan, kehutanan, dan sejenisnya. Industri ekstraktif harus didirikan dekat dengan bahan baku. Misalnya industri semen ditempatkan di wilayah yang terdapat batuan gamping sebagai usaha untuk menghindari besarnya biaya angkut bahan mentah menuju tempat pengolahan (produksi).

Industri ekstraktif dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

· industri reproduktif, yaitu industri yang mengambil bahan bakunya dari hasil alam, tetapi dapat selalu memperbaiki atau menggantinya. Misalnya industri pertanian, perkebunan, kehutanan, dan perikanan.

· industri manufaktur, yaitu industri yang mengolah bahan baku dan menjadikan menjadi barang lain yang dapat digunakannya sehari-hari atau menjadikan bahan baku lain yang digunakan oleh industri lain.

b. Industri non ekstraktif, adalah industri yang mengambil bahan bakunya dari tempat lainatau disediakan oleh industri lain. Industri ini dapat ditempatkan dimana saja, tergantung kemana mana yang paling tepat dan menguntungkan. Misalnya: Industri sepatu di Bogor mengambil bahan baku kulit dari industri kulit di Bandung.

c. Industri jasa (fasilitatif), adalah industri yang menjual jasa untuk keperluan orang lain. Misalnya: perdagangan, perbankan, komunikasi, dan transportasi.

2. Berdasarkan tenaga kerja

a. Industri rumah tangga

Industri ini menggunakanjumlah tenaga kerja 1 – 4 orang. Contoh industri anyaman, rajutan, industri kue skala rumah tangga dan industri rumah tangga lainya.

b. Industri kecil

Industri ini menggunakan tenaga kerja berjumlah antara 5 – 19 orang. Contoh industri ini batu bata, keramik, genteng.

c. Industri sedang

Industri ini menggunakan tenaga kerja berjumlah 20 – 99 orang. Contohnya industri konveksi.

d. Industri besar

Industri ini menggunakan tenaga kerja berjumlah lebih dari 100 orang. Contohnya industri perakitan mobil, tekstil, dan peleburan besi baja.

3. Berdasarkan produktifitas

a. Industri primer

Industri yang menghasilkan barang-barang tanpa pengolahan lebih lanjut sehingga bentuk dari bahan baku/mentah masih tampak. Contohnya industri pengasinan ikan, penggilingan padi, anyaman.

b. Industri skunder

Industri yang menghasilkan barang yang memerlukan pengolahan lebih lanjut dan bentuk bahan baku sudah tidak tampakk lagi. Contohnya industri tekstil, dan industri ban.

c. Industri tertier

Industri yang bergerak di bidang jasa. Contohnya perbankan, asuransi, perdagangan, dan transportasi.

4. Berdasarkan lokasi

a. Industri yang berorientasi pada pasar (market oriented industry)

Industri ini didirikan berdekatan dengan potensi pasar atau potensi manusia sebagai konsumen. Misalnya industri makanan dan minuman. Hal ini disebabkan karena hasil produksi (barang jadi) mudah rusak/basi sehingga harus cepat-cepat sampai ke tangan konsumen.

b. Industri yang berorientasi pada tenaga kerja (Labour oriented industry)

Industri ini didirikan berdekatan dengan pemusatan manusia yang berpotensi sebagai tenaga kerja. Misalnya indsutri rokok dan industri garment (tekstil)

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7bi_l4epDmhzvME1B3FDvr12Tt_qqcSjkw0bpoX9rLcPV_lxuzNPkqeyNxcaopJEL6taPngvRou772AMblm-SDggd2x9nJTby88JVPfb2-xEN9qEjTBkPwnGn9wthuhw2XtnM4-pdRtY/s400/Picture1.png

Para pekerja industri rokok di Kediri

c. Industri yang berorientasi pada bahan baku (Raw material oriented industry). Industri ini didirikan dekat dengan ketersediaan bahan baku sebagai roda penggerak utama industri. Misalnya industri semen. Hal ini dipikirkan karena bahan baku yang yang digunakan oleh industri tersebut mudah rusak dan volumenya berat, jika dilakukan pengangkutan maka biayanya menjadi lebih mahal.

d. Industri yang berorientasi pada tempat pengolahan. Industri ini didirikan dekat dengan tempat pengolahan. Misalnya industri pengalengan ikan.

5. Berdasarkan bahan mentah

a. Industri pertanian (agraris)

Industri yang mengolah bahan-bahan mentah hasil dari pertanian. Contohnya industri kopi, minyak goreng, gula.

b. Industri non pertanian

Industri yang mengolah bahan-bahan mentah hasil dari pertambangan. Contohnya industri semen. Emas, peleburan besi dan baja.

6. Berdasarkan proses produksi

a. Industri hulu

Industri yang yang mengolah bahan mentah menjadi barang setengah jadi. Contohnya industri alumunium, industri perkayuan.

b. Industri hilir

Industri yang mengolah barang-barang setengah jadi menjadi barang sjadi atau barang yang dihasilkan siap untuk dipakai oleh konsumen.

Contohnya industri pakaian (konveksi), industri furniture, industri peralatan rumah tangga.

7. Berdasarkan sumber modal

a. PMDN (penanaman modal dalam negeri)

Industri yang berjalan dengan modal yang sepenuhnya berasal dari dalam negeri, baik pemerintah maupun pengusaha swasta nasional.

b. PMA (penanaman modal asing)

Industri yang berjalan dengan modal sepenuhnya berasal dari Negara lain (penanaman modal asing)

c. Joint venture (patungan)

Industri yang modalnya patungan berasal dari dalam dan luar negeri.

8. Berdasarkan produk yang dihasilkan

a. Industri berat

Industri yang menghasilkan mesin atau alat produksi.

b. Industri ringan

Industri yang menghasilkan barang bagi konsumen.

9. Berdasarkan subjek pengelola

a. Industri rakyat

Industri yang dikelola oleh rakyat. Contohnya industri genteng, keramik, batu bata.

b. Industri Negara

Industri yang dikelola oleh Negara. Contohnya BUMN seperti Pertamina, pupuk, PLN, kertas

10. Berdasarkan ketetapan Departemen Perindustrian dan Perdagangan

a. Aneka industri

Industri yang bertujuan memenuhi keaneka ragaman kebutuhan masyarakat. Misalnya industri tekstile seperti benang, kain, dan pakaian. Industri alat listrik seperti kipas angina, AC, lemari es. Industri pangan, seperti minyak goreng, terigu, minuman soda. Industri bahan bangunan seperti kayu, marmer. Industri kimia seperti tinta, sabun, plastic.

b. Industri kecil

Industri yang menggunakan teknologi sederhanan serta modalnya ataupun tenaga kerjanya kecil. Contoh industri rumah rumah tangga.

c. Industri kimia dasar

Industri ini memerlukan modal besar, keahlian dan teknologi tinggi. Contohnya industri agrokimia seperti pupuk urea, industri kima anorganik seperti industri semen, asam sulfat dan kaca. Industri selulosa dan karet misalnya industri kertas, pulp, dan ban. Industri kimia organic misalnya industri bahan peledak dan kimia tekstil.

d. Industri logam dasar dan mesin

Industri ini mengolah bahan mentah logam dasar menjadi mesin-mesin untuk peralatan industri lain dan termasuk perakitan. Misalnya industri mesin perkakas, mesin kontruksi, industri elektronika, industri perakitan poesawat, mobil dan motor.

E. Faktor-Faktor Penentu Lokasi Industri

Lokasi industri yang tepat merupakan salah satu penentu keberhasilan dan terus berlangsungnya kemajuan suatu industri. Ada beberapa teori yang dikemukan untuk mengkaji lokasi industri, antara lain teori Weber, Losch, dan Isard.

1. Teori Lokasi Weber

Alfred Weber (1929), seorang ekonom Jerman. Teorinya dijelaskan dalam bukunya yang berjudul Űber den Standort der Industrien (About the location of industries) atau Tentang Lokasi Industri.

Inti penjelasan teori ini adalah teorinya menyangkut least cost location, suatu kajian lokasi optimal, yaitu lokasi yang terbaik secara ekonomis. Weber memandang hal ini sebagai hal yang primer, di mana berwujud titik di mana biaya transpor bahan mentah yang dibutuhkan dan barang jadi yang disuplai oleh pabrik ke pasaran adalah yang minimal.
Isi pokok teori Weber adalah lokasi industri-industri dipilihkan di tempat-tempat yang biayanya paling minimal.

Menurutnya penetapan lokasi yang optimal adalah menetapkan lokasi industri dengan meminimalkan biaya transportasi. Biaya pengangkutan merupakan penjumlahan ongkos pengangkutan bahan baku ke lokasi dan ongkos pemasaran barang dari lokasi produksi menuju pasar. Namun ongkos angkut barangpun harus proposional dengan jarak tempuh dan berat barang yang diangkut. Jadi menurut Weber lokasi yang terbaik adalah tempat yang biayanya paling minimal.

Teori ini dilatar belakangi dengan menemukan lokasi optimal bagi setiap pabrik atau industri, di mana terbaik secara ekonomis maupun mampu memberikan keuntungan yang maksimal. Namun Weber lebih cenderung pada sudut pandang terbaik secara ekonomis (least cost location).

Weber mengajukan model segitiga lokasional (locational triangle). Untuk mempertimbangkan lokasi industri yang seperti itu dapat diasumsikan enam prakodisi sebagai berikut:

· wilayahnya seragam (topografi), iklim, dan penduduknya (penduduk yang dimaksud adalah bertalian dengan keterampilan dan penguasanya/ pemerintahnya).

· Sumber daya/ bahan mentah yang digunakan. Misalnya jika hanya mengangkut air dan pasir tentu dapat dilakukan di mana saja karena kedua sumber daya itu banya terdapat dimana-mana, tetapi tambang seperti batu bara dan besi tentu terbatas di beberapa tempat saja.

· Upah buruh, ada upah yang baku artinya sama di mana-mana, tetapi ada pula upah yang merupakan produk dari persaingan antar penduduk.

· Biaya transportasi yang tergantung bobot bahan mentah yang diangkut serta jaraknya antara terdapat sumber daya dengan lokasi industri.

· Terdapatnya kompetisi antara industri.

· Pikiran yang rasional.

2. Teori Lokasi Industri menurut Losch

Lösch (1954), seorang geograf Jerman. Teori ini dipublikasikan pertama kali dalam buku yang berjudul Economic Location pada tahun 1954.

Inti penjelasan teori ini adalah teorinya Untuk menghasilkan paling banyak pendapatan (maximum revenue) diperlukan lokasi pabrik atau industri yang berada di mana yang bersangkutan dapat menguasai wilayah pasaran yang terluas berdasar permintaan (demand).

Latar belakangnya agak berbeda dengan Weber yang mempunyai sudut pandang lokasi optimal industri dari lokasi terbaik yang paling ekonomis (least cost location), maka Lösch berpijak pada maximum revenue location, lokasi yang memberikan keuntungan maksimal.

Losch berpendapat ada 2 prinsip sebagai batasan bagi pengambilan keputusan memilih suatu lokasi industri, yaitu:

· Rasio antara berat bahan baku dengan produk akhir, baik ongkos pengangkutan maupun ongkos produksi dan tempat yang memberikan ongkos paling kecil merupakan lokasi yang dipilih sebagai lokasi industri.

· Besar kecilnya penjualan hasil perusahaan di suatu tempat tergantung pada jumlah pembeli dan kemampuan ekonominya. Jumlah penduduk dan tingkat pendapatan setiap daerah merupakan penentu untuk memilih lokasi industri. Prinsip-prinsip inilah yang menyebabkan industri cenderung beraglomerasi).

Konsep-konsep dan model yang digunakan Losch adalah model kerucut dan heksagonal yang dimodifikasi dari Christaller. Untuk membangun teorinya Lösch berasumsi sebagai berikut :

  • Permukaan lahan yang datar dan homogen yang selalu disuplai oleh pusat (industri) karena membutuhkan (ada permintaan) secara merata.
  • Harga penyerahan segala hasil meningkat karena pada industrialis harus menutup ekstra dari transportasinya masing-masing.
  • Harga cenderung naik mengikuti jarak, maka permintaan terhadap suatu produk khusus akan hilang seluruhnya.
  • Jika hal di atas terjadi merata ke seluruh arah di sekeliling pabrik, maka wilayah pasaran akan berbentuk lingkaran.

3. Teori Lokasi Industri menurut Isard

Teori ini menekankan bahwa keputusan memilih lokasi industri ditentukan oleh factor jarak, aksesibilitas (keterkaitan), dan keuntungan aglomerasi. Untuk menentukan lokasi industri merupakan suatu penyeimbang biaya-biaya yang dihadapi dan pendapatan pada keadaan ketidakpastian yang berbeda-beda.

Ada tiga faktor yang mempengaruhi keuntungan relative dari lokasi industri, yaitu:

· Biaya masukan, mencakup biaya tenaga kerja, bahan bakar, pajak, dan asuransi.

· Biaya-biaya transport, mencakup biaya untuk memindahkan masukan produk dan peralatan tenaga kerja.

· Keuntungan apabila aglomerasi.

Tujuan dari penentuan lokasi industri adalah memperbesar keuntungan dan menekan biaya produksi serendah-rendahnya. Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan untuk menentukan lokasi industri, yaitu:

  1. bahan mentah
  2. modal
  3. tenaga kerja
  4. sumber energi
  5. transportasi
  6. pemasaran
  7. peraturan/ perundang-undangan
  8. iklim
  9. system perpajakan
  10. lingkungan yang kondusif.

Penempatan lokasi industri juga berorientasi atau memiliki kecenderungan pada factor-faktor yang mendukungnya. Faktor-faktor yang dimaksud adalah orientasinya terhadap bahan baku, sumber energi, tenaga kerja, transportasi, dan pasar.

4. Teori lokasi Industri menurut Walter Christaller

Walter Christaller pada tahun 1933 menulis buku yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris berjudul Central Places In Southern Germany (diterjemahkan oleh C.W. Baski pada tahun 1966). Dalam buku ini Christaller mencoba menjelaskan bagaimana susunan dari besaran kota, jumlah kota, dan distribusinya di dalam satu wilayah. Model Christaller ini merupakan suatu sistem geometri dimana angka 3 yang diterapkan secara arbiter memiliki peran yang sangat berarti. Itulah sebabnya disebut sistem K=3 dari Christaller.

Christaller mengembangkan modelnya untuk suatu wilayah abstrak dengan ciri berikut:

· Wilayahnya adalah daratan tanpa roman, semua adalah datar dan sama.

· Gerakan dapat dilaksanakan ke segala arah (isotropic surface)

· Penduduk memiliki daya beli yang sama dan tersebar secara merata pada seluruh wilayah.

· Konsumen bertindak rasional sesuai dengan prinsip minimisasi jarak/biaya.

Luas pemasaran minimal sangat tergantung pada tingkat kepadatan penduduk pada wilayah asumsi. Makin tinggi kepadatan penduduk makin kecil wilayah pemasaran minimal, begitu sebaliknya. Dalam hal ini misalnya wilayah pemasaran minimal itu adalah dengan radius 4 km. Wilayah pemasaran minimal disebut thereshold. Tidak boleh ada produsen untuk komoditas yang sama dalam ruang threshold . Apabila ada, salah satu akan gulung tikar atau kedua-duanya akan gulung tikar dan kemudian muncul pengusaha baru.

Model Chistaller tentang terjadinya model area perdagangan heksagonal sebagai berikut:

· Mula-mula terbentuk areal perdagangan satu komoditas berupa lingkaran-lingkaran. Setiap lingkaran memiliki pusat dan menggambarkan threshold dari komoditas tersebut.

· Kemudian digambarkan lingkaran-lingkaran berupa range dari komoditas tersebut yang lingkarannya boleh tumpang tindih.

· Range yang tumpang tindih dibagi antara kedua pusat yang berdekatan sehingga terbentuk areal yang heksagonal yang menutupi seluruh daratan yang tidak lagi tumpang tindih.

· Tiap barang berdasarkan tingkat ordenya memiliki heksagonal sendiri-sendiri. Dengan menggunakan k=3, barang orde I lebar heksagonalnya adalah 3 kali heksagonal barang orde II. Barang orde II lebar heksagonalnya adalah 3 kali heksagonal barang orde III, dan seterusnya. Tiap heksagonal memiliki pusat yang besar kecilnya sesuai dengan besarnya heksagonal tersebut. Heksagonal yang sama besarnya tidak saling tumpang tindih, tetapi antara heksagonal yang tidak sama besarnya akan terjadi tumpang-tindih.

Berdasarkan model k=3, pusat dari hierarki yang lebih rendah berada pada sudut dari hierarki yang lebih tinggi sehingga pusat yang lebih rendah berada pada pengaruh dari tiga hierarki yang lebih tinggi darinya.

Terjadinya Konsentrasi Produsen/Pedagang dari berbagai jenis barang. Christaller menyatakan bahwa produsen berbagai jenis barang untuk orde yang sama cenderung berlokasi pada titik sentral di wilayahnya dan hal ini mendorong terciptannya kota.

Terjadinya Konsentrasi Produsen/Pedagang dari barang sejenis. Uraian tentang range dan thereshold dapat menjelaskan mengapa terjadi konsentrasi dari berbagai jenis usaha pada satu lokasi tetapi konsep itu tidak dapat menjelaskan mengapa dipasar juga ada kecenderungan bahwa pedagang dari komoditas sejenis juga memilih untuk berlokasi secara berkonsentrasi/berdekatan. Konsep thereshold tidak memungkinkan produsen/pedagang sejenis berada berdekatan karena pada satu ruang threshold hanya boleh ada satu produsen/pedagang. Apabila berdekatan harus ada yang gulung tikar dan yang tersisa hanya satu produsen/pedagang. Jadi kemungkinan penjesalannya adalah hanya mungkin lewat penelaahan sikap manusia. Adalah menjadi sifat manusia untuk berusaha mendapatkan barang yang diinginkan dalam batas waktu tertentu dengan harga yang semurah mungkin. Apabila pembeli hanya berhadapan dengan seorang penjual, harga yang ditawarkan penjual menjadi tidak jelas bagi pembeli, apakah harga itu adalah harga terendah yang dapat dia peroleh atau tidak. Dengan berkumpulnya banyak penjual barang sejenis pada lokasi yang sama, pembeli mendapat kesempatan untuk membandingkan harga di antara para penjual dan akan membeli pada penjual yang menawarkan harga terendah (pembeli butuh informasi untuk membuat keputusan). Hal ini membuat lokasi yang memiliki banyak penjual barang sejenis, lebih memiliki daya tarik bagi pembeli ketimbang lokasi yang hanya memiliki sedikit penjual.


DAFTAR RUJUKAN

Indra Jaya. 2009. Teori Lokasi Industri (Walter Christaller). Online diakses di http://indrajaya.blogspot.com/2009/01/teori-lokasi-industri-walter-christaller.html pada tanggal 7 Nopember 2009.

Klub_belajar. 2009. Sinopsis Teori Central Places - Agung Budiono,Spi. Online di akses http://referensimania.blogspot.com/2009/04/sinopsis-teori-central-places-agung.html pada tanggal 7 Nopember 2009.

Link Geografi. 2009. Lokasi Industri. Online diakses di http://link-geo.blogspot.com/2009/08/lokasi-industri.html pada tanggal 7 Nopember 2009.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Kaka hamurnya malang mana ,.,

Mengenai Saya

Foto saya
ehm.. gimana y?? klo g knal g syang.. gtu... gamapangkan...